Siang tadi langit Banggai Laut cerah merona seperti memahami ada ritual sakral yang tengah dilaksanakan, dari arah pelabuhan jalanan begitu lengang. Dipinggiran jalan masyarakat tengah menyemut memadati area Pelabuhan Banggai.
Lamat-lamat kejauhan buih putih dari perahu motor berbendera umbul-umbul merah putih khas keraton Banggai tengah berputar tiga kali di tengah lautan.

Di atas perahu motor itu nampak Jasrun Dani (79) tetua adat Batui yang fotonya saban tahun menghiasi jagat publikasi malabot tumbe tengah duduk bersilah. Ia sesekali menengadah ke arah keramat Banggai Lalongo dan Keraton Banggai seperti membaca mantra memberitahukan leluhurnya bahwa sebentar lagi pembawa “Nggalau Manuk Mamua” telah tiba di Keraton Banggai, begitulah jika di eja dengan bahasa Banggai. Jasrun Dani sudah 41 tahun ini melaksankan ritual pengantaran tumbe.

Tetua adat Batui Jasrun Dani (79) tengah memegang telur Maleo, Jasrun dengan kharismanya saban tahun kerap menjadi ikon malabot tumbe. Ia dipercaya menjadi pembawa telur Maleo sejak 41 tahun silam (Foto: Nomo/ BanggaiTerkini)
Dilain sisi, ratusan masyarakat Kabupaten Banggai Laut menyemut di Pelabuhan Banggai hingga Keraton Kerajaan Banggai. Ruas jalan begitu lengang. Pemuka adat, para pejabat daerah hingga tetamu memadat sekitar pelabuhan.
Ritualnya sebelum diantarkan ke Keraton Kerajaan Banggai, dimulai dari Batui, Kabupaten Banggai. Telur Maleo terlebih dahulu dikumpulkan dari masyarakat dan kelompok adat Dakanyo Ende, Binsilok Balantang, Tolando, Binsilok Katudunan, dan Topundat, serta terlebih dahulu dibungkus dengan daun pohon palem. Kemudian diantar ke rumah adat atau Kusali dan diinapkan semalam disana.
Setelah itu, dilanjutkan dengan upacara adat Mintauakon yakni ritual menurunkan telur dari rumah adat sebelum diantar ke dermaga oleh para pembawa telur didampingi para tetua adat Batui.
Sebagaimana prosesi penjemputan, pengantaran di Batui jalanan harus sepi dari aktivitas. Para pengantar telur juga tak diperkenankan berhenti di tengah jalan saat prosesi ritual berlangsung hingga tiba perahu motor yang telah disiapkan di dermaga di bantaran sungai Batui.
Di dermaga itu, telur-telur maleo dijemput oleh perangkat adat, yang kemudian meletakkannya di tempat khusus di dalam perahu motor yang akan membawanya ke Keraton Kerajaan Banggai.
Dalam perjalanan menuju Keraton Banggai, harus singgah terlebih dahulu di Desa Pinalong, Kecamatan Liang, Kabupaten Banggai Kepulauan, di Pinalong dilakukan ritual pelemparan tongkat atau kayu.
Konon menurut masyarakat adat Batui saat putra Raja Adi Soko bernama Abu Kasim menyeberang menuju daratan Batui sempat diganggu oleh makhluk ghaib jahat, setelah itu dilanjutkanlah perjalanan.